Ini adalah sebuah Catatan yang ditulis oleh OM RUSDI MATHARI // 25
NOVEMBER 2015 dan tulisan ini benar benar membuat banyak publik
berbahagia --Syahdan, kisah peun bermula, ketika Presiden Jokowi memeluk
Lukas Enembe, Gubernur Papua. Lukas membalas pelukan Jokowi. Mata
keduanya terlihat basah. Sesaat, suasana acara Mata Najwa jadi hening.
Najwa Shihab berkali-kali mengusap matanya. Dia juga terisak. Penonton
di studio Metro TV sesenggukan. Mereka terharu.
Setelah keheningan di studio mulai cair, Wakil Presiden Jusuf Kalla yang
duduk di barisan depan segera berdiri menyalami Jokowi dan Lukas.
Disusul di belakangnya Luhut Panjaitan, Sudirman Said, Rini Soemarno,
Surya Paloh, dan Setya Novanto. Suasana lalu berubah menjadi
kegembiraan. Semua orang di studio tersenyum.
Selasa malam kemarin, produser Mata Najwa mengundang Jokowi dan Lukas
tampil di Mata Najwa. Isu yang dibahas adalah isu sensitif dan sedang
panas: keberadaan Freeport di Papua. Mulanya Lukas yang tampil pertama,
sembari menunggu Jokowi datang. Di pengantar komentarnya, Lukas meminta
pemerintah pusat tegas kepada Freeport termasuk (kalau perlu) untuk
tidak memperpanjang kontrak karya.
Sembari tersenyum, Najwa kemudian memancing Lukas: apa yang akan
dilakukan gubernur Papua seandainya Freeport benar-benar hengkang dari
tanah Papua. “Saya tak mau berandai-andai. Kami orang Papua, butuh yang
konkret. Bukan janji dan seandainya.”
Penonton bertepuk tangan setelah seorang produser yang tidak disorot
kamera memberikan aba-aba untuk bertepuk tangan. Jusuf Kalla
manggut-manggut. Luhut menatap serius. Sudirman cemberut. Rini tanpa
ekspresi. Setya memejamkan mata. Surya mengelus-elus dagunya yang penuh
bulu.
Tepuk tangan penonton semakin keras saat Jokowi masuk ke studio
bersamaan dengan berakhirnya pengambilan gambar untuk Lukas. Semua
pejabat segera berdiri, memberi hormat dan menyalami Jokowi. Sebelum
duduk, Jokowi melambaikan tangan ke arah penonton dan mesam-mesem. Najwa
berjalan mendatangi Jokowi dan menyalami. Keduanya saling sapa dan
tertawa.
Beberapa menit kemudian, produser memberi isyarat pengambilan gambar
kedua akan segera dimulai. Jokowi dan Najwa diminta tampil ke panggung,
duduk di kursi berhadapan dengan Najwa.
Roll… action…
Kamera menyorot Najwa, dan dia segera memberi pengantar dengan narasi
penuh rima mirip narasi acara Silet. “Freeport adalah isu besar.
Kehadirannya menyangkut nasib bangsa yang besar. Tapi akankah pemerintah
mengambil keputusan yang besar? Sejauh apa keputusan besar itu akan
berdampak seandainya tambang Freeport, kelak diambil oleh putra-putri
dari bangsa yang besar? Permisa, di tengah-tengah kita telah hadir
Presiden Jokowi yang akan menjelaskan soal isu besar itu…”
“Selamat malam, Pak Presiden, selamat datang di Mata Najwa…”
“Selamat malam, Mbak Najwa. Anda ini hebat. Semua pejabat bisa dikumpulkan di studio. Pak Surya pintar memilih Mbak Najwa…”
Bersamaan dengan itu, produser memberi aba-aba agar penonton di studio
bertepuk tangan, dan seluruh penonton segera bertepuk tangan. Najwa
membuka pertanyaan dengan meminta penjelasan Jokowi soal kemungkinan
tidak memperpanjang kontrak karya Freeport. Jokowi mesam-mesem menyimak
pertanyaan Najwa tapi sejurus kemudian wajahnya berubah serius.
“Begini, Mbak Najwa. Hari ini, saya mendapat laporan ada 41 anak-anak di
Mbuwa, Nduga, Papua meninggal dunia. Mereka menderita penyakit yang
belum diketahui. Para dokter di Wamena dan Jayawijaya angkat tangan, dan
tentu saja saya sebagai presiden merasa terpukul…”
Suasana di studio menjadi hening. Najwa yang biasa menyela terlihat menahan diri. Jokowi segera melanjutkan penjelasannya.
“Papua itu kaya, Mbak Najwa, dan tambang Freeport hanya salah satu
kekayaan tanah Papua. Saya sungguh bersedih, karena anak-anak itu
seharusnya tidak mati di tanah yang kaya…”
“Kami dengar mereka terserang malaria, Pak Presiden?”
“Laporan awal yang masuk pada saya juga mengatakan begitu tapi para dokter sudah memastikan, mereka bukan mati karena malaria.”
“Sakit apa mereka…?”
“Ya itu yang belum diketahui.”
“Sudah ada tim yang akan dikirim ke Papua, Pak Presiden?”
“Betul. Saya sudah membentuk tim. Tim ini sudah saya buat sejak seminggu
sebelumnya, tapi bukan tim untuk menyelidiki kasus kematian 41
anak-anak Papua itu.”
“Lalu tim apa, Pak Jokowi?”
“Saya membentuk tim pemutusan kontrak karya untuk Freeport Indonesia.
Saya Presiden Republik Indonesia, Mbak Najwa. Dan saya akan sampaikan
lewat Metro TV… Sebagai Presiden Republik Indonesia, saya memutuskan
untuk tidak memperpanjang kontrak karya Freeport Indonesia. Dan mulai
akhir tahun depan, semua pengelolaan Freeport harus diserahkan kepada
pemerintah Indonesia…”
Suasana seketika menjadi hening. Mata para pejabat yang duduk di bangku
barisan depan, membelalak semuanya seolah tak percaya dengan penjelasan
Jokowi. Prosedur acara juga sampai lupa untuk memberi aba-aba agar
penonton bertepuk tangan.
“Terus bagaimana kelanjutan penambangan Freeport, Pak?”
“Soal sisa kontrak Freeport yang berakhir pada tahun 2019, akan kami
selesaikan dengan cara bermartabat dan terhormat. Pengelolaan bekas
tambang Freeport, setelah itu akan diserahkan kepada Papua untuk
digunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat di sana. Semuanya.
Sebagian besar, pemerintah pusat hanya akan mengawasi dan mengambil
sedikit bagian yang akan disalurkan lewat APBN untuk digunakan oleh
daearah-daerah lain terutama daerah yang miskin…”
Belum selesai Jokowi menjelaskan, Lukas segera berdiri dan berjalan ke
arah Jokowi. Dia menyalami Jokowi. Jokowi menyalami dan memeluk Lukas.
Produser telat memberi aba-aba karena semua penonton sudah telanjur
bertepuk tangan. Adegan itu sebetulnya tak masuk dalam run down acara
Mata Najwa tapi empat kamera besar di studio terus merekamnya.
“Terima kasih, Pak Presiden. Terima kasih. Kami tidak salah pilih, Pak Jokowi adalah Presiden rakyat…”
Lukas membalas pelukan Jokowi. Jokowi semakin mendekap Lukas. Mata keduanya lalu berkaca-kaca.
Setelah menyalami Jokowi dan Lukas, terlihat Luhut, Rini, dan Sudirman
seperti sibuk menelepon dengan ponsel mereka. Penonton meriung,
bergantian menyalami Jokowi dan Lukas. Paspampres kewalahan tapi Jokowi
melarang mereka mengusir penonton yang mendekat.
Di pojok panggung, Jusuf Kalla dan Surya tampak berbicara pelan dan
serius. Surya kemudian memanggil Najwa dan berbicara tak kalah serius
sambil menuding-nuding. Najwa manggut-manggut.
Malam itu Jokowi membuat lembaran sejarah baru bagi Indonesia, bagi
Papua. Dia telah menunjukkan kelasnya sebagai pemimpin berbakat, penuh
wibawa dan penuh ketegasan. Bukan presiden yang kelasnya hanya disetir
oleh kepentingan politik dan bisnis segelintir elite.
Najwa Shihab pun mendapat banyak ucapan selamat. Ponselnya berdering
tanpa henti. Tapi Najwa BINGUNG karena merasa Metro TV TIDAK PERNAH
mengambil gambar untuk acara Mata Najwa yang menghadirkan Jokowi dan
Lukas untuk membahas pencabutan kontrak karya Freeport. Tidak pernah
ada.
bangun, bangun, bangun, move on !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar